Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, lebih dari 5% populasi dunia atau 430 juta orang memerlukan rehabilitasi untuk mengatasi gangguan pendengaran yang mereka alami (termasuk 34 juta anak). Dan diperkirakan pada tahun 2050, lebih dari 700 juta orang atau 1 dari setiap 10 orang akan mengalami gangguan pendengaran. Masalah gangguan pendengaran dan kesehatan telinga juga menjadi perhatian di Indonesia, sehingga setiap tanggal 3 Maret diperingati sebagai Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional.
Gangguan pendengaran adalah semua jenis gangguan dalam proses pendengaran normal. Pendengaran terjadi ketika gelombang suara ditangkap oleh telinga luar, kemudian melalui telinga tengah, dan akhirnya mencapai telinga dalam. Di dalam telinga dalam, struktur koklea berperan dalam mengubah rangsang suara menjadi sinyal yang dapat diteruskan melalui saraf pendengaran ke pusat pendengaran di otak. Gangguan pendengaran dapat terjadi ketika bagian mana pun dari telinga atau sistem pendengaran (pendengaran) tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Jenis Gangguan Pendengaran
Ada 4 jenis gangguan pendengaran, yaitu:
Gangguan Pendengaran Konduktif
Gangguan pendengaran yang disebabkan karena adanya suatu hambatan yang mengganggu penghantaran suara (konduksi) dari telinga luar melalui telinga tengah hingga sampai telinga dalam. Kondisi ini dapat dipicu oleh penumpukan kotoran telinga, infeksi telinga, kerusakan gendang telinga, adanya benda asing dalam telinga, kelainan bentuk telinga, trauma pada telinga, dan sebab lainnya. Gangguan pendengaran jenis ini seringkali dapat diobati dengan obat-obatan atau pembedahan.
Gangguan Pendengaran Sensorineural
Gangguan pendengaran yang terjadi akibat gangguan sensori atau saraf pada telinga bagian dalam. Hal ini dapat dipicu paparan suara keras, proses penuaan, obat-obatan yang merusak telinga (ototoksik), penyakit tertentu (misalnya meningitis), faktor genetik, trauma kepala, dan kelainan struktur pada telinga dalam.
Gangguan Pendengaran Campuran
Gangguan pendengaran yang mencakup gangguan pendengaran konduktif dan sensorineural.
Gangguan Spektrum Neuropati Pendengaran
Gangguan pendengaran terjadi ketika suara masuk ke telinga secara normal, namun karena kerusakan pada telinga bagian dalam atau saraf pendengaran, suara tidak diatur sedemikian rupa sehingga otak dapat memahaminya.
Gangguan pendengaran yang terjadi dapat berbeda-beda pada setiap orang. Seseorang dapat mengalami gangguan pendengaran mulai dari paling ringan (tidak dapat mendengar suara yang lembut) sampai paling berat (hanya bisa mendengar suara yang sangat keras). Dapat terjadi pada salah satu telinga atau pada kedua telinga. Ada juga gangguan pendengaran yang memburuk seiring berjalannya waktu (progresif) atau terjadi dengan cepat (mendadak).
Penyebab Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran dapat disebabkan karena beberapa faktor, yaitu:
Faktor genetik termasuk gangguan pendengaran herediter dan non-keturunan
Infeksi intrauterin, seperti rubella dan infeksi sitomegalovirus
Asfiksia (kekurangan oksigen) saat bayi lahir
Berat badan lahir rendah
Bayi lahir prematur
Hiperbilirubinemia
Infeksi telinga kronis (otitis media supuratif kronis)
Degenerasi sensorineural terkait usia
Impaksi serumen (kotoran telinga)
Trauma pada telinga atau kepala
Suara keras
Obat-obatan ototoksik atau bahan kimia ototoksik
Kekurangan Gizi
Infeksi virus dan kondisi telinga lainnya
Gejala Gangguan Pendengaran
Gejala gangguan pendengaran yang dapat dialami adalah:
Kesulitan mendengar pembicaraan orang lain secara jelas atau kesalahan mendengar, terutama pada situasi ramai.
Sering meminta orang mengulang pembicaraan.
Mendengarkan musik atau TV lebih keras dari orang biasa.
Kesulitan mendengarkan saat menggunakan HP atau telepon.
Kesulitan mendengar jika orang berbicara tidak berhadapan (misalnya dari belakang Anda).
Pada usia bayi dapat dicurigai bila tidak ada respon (terkejut) pada suara dengan intensitas kuat (contoh suara petir, klakson, petasan) atau keterlambatan kemampuan bicara sesuai usia.
Diagnosa dan Pengobatan
Untuk memastikan apakah ada gangguan pendengaran, dapat dilakukan pemeriksaan berupa Audiometri, Acoustic Immittance, Otoacoustic Emissions (OAE), Auditory Brainstem Response (ABR) atau Brain Evoked Response Auditory (BERA). Sedangkan pengobatan gangguan telinga tergantung dari penyebab gangguan pendengaran yang dialami. Misalnya pada gangguan konduksi, pengobatan dapat dilakukan dengan mengeluarkan benda asing/kotoran telinga, memberikan antibiotik pada kasus yang diakibatkan karena infeksi telinga atau pembedahan pada kasus yang lebih berat.
Selain pengobatan, dapat juga menggunakan alat untuk membantu mengatasi masalah pendengaran, seperti penggunaan alat bantu dengar, implan koklea, auditory brainstem implant, dan teknik lainnya.
Pencegahan
Beberapa jenis gangguan pendengaran memang tidak dapat dicegah, misalnya karena perubahan atau kerusakan struktur telinga akibat faktor usia atau kondisi cacat telinga yang bawaan sejak lahir. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan pendengaran, seperti:
Hindari terpapar suara keras terlalu sering seperti mendengarkan suara musik keras-keras melalui earphone.
Penggunaan obat-obatan yang bersifat ototoksik.
Menjaga kebersihan telinga untuk mencegah terjadinya infeksi telinga.
Hindari melakukan aktivitas yang berisiko menyebabkan cedera atau trauma pada telinga, seperti tekanan kuat saat terbang dalam pesawat atau melakukan diving.
Apabila Anda atau keluarga Anda mengalami gejala gangguan pendengaran, segera konsultasikan ke dokter Anda agar dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Referensi:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/deafness-and-hearing-loss
https://www.cdc.gov/ncbddd/hearingloss/types.html
https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/penyakit-organ-indera/gangguan-pendengaran#:~:text=proses%20pendengaran%20normal.-,Pengertian,tidak%20dapat%20mendengar%20sama%20sekali.